Laporan Koalisi Bom Rumpun menemukan kemajuan signifikan dalam upaya menstigmatisasi dan menghapus senjata itu sejak perjanjian internasional tentang pelarangan bom rumpun diberlakukan 10 tahun lalu.
Para aktivis mencatat selama lebih dari satu dekade terakhir, 1,5 juta bom rumpun yang berisi 178 juta lebih bom yang lebih kecil telah dimusnahkan. Angka itu mencerminkan 99% stok bom rumpun yang dideklarasikan oleh 110 negara yang terikat perjanjian itu.
Direktur Divisi Senjata Human Rights Watch, Stephen Goose, mengatakan bahwa tidak satu pun negara anggota menggunakan atau memproduksi bom rumpun dalam 10 tahun terakhir.
Meski demikian, sepanjang periode tersebut, ia menuturkan bahwa Pengawas Bom Rumpun telah mendokumentasikan penggunaan senjata itu secara sporadis oleh delapan negara yang tidak menandatangani perjanjian tersebut.
Goose mengatakan Suriah terus menggunakan bom rumpun tanpa henti sejak 2012. “Kami telah mendokumentasikan lebih dari 686 serangan bom rumpun di Suriah sejak Juli 2012. Ini benar-benar titik kelam dalam masalah bom rumpun di seluruh dunia, hingga pada titik di mana Suriah, dengan bantuan besar dari Rusia, telah menjadi pengguna tetap bom rumpun.”
Lembaga pengawas melaporkan bom rumpun digunakan Libya dan Suriah tahun 2019. Tahun ini, Suriah serta Armenia dan Azerbaijan tercatat menggunakan senjata itu dalam konflik Nagorno-Karabakh baru-baru ini.
Pengawas Bom Rumpun mengidentifikasi setidaknya ada 4.315 korban akibat bom rumpun di 20 negara dan kawasan lainnya dalam satu dekade terakhir, meski jumlah sesungguhnya mungkin lebih tinggi. Editor sekaligus pemimpin penelitian lembaga pengawas itu, Loren Persi, menuturkan bahwa lebih dari 80% korban berada di Suriah, di mana separuhnya anak-anak.
“Salah satu hal yang perlu diingat adalah bahwa keberhasilan konvensi tersebut, terlepas dari penggunaan senjata itu di Suriah, menunjukkan jumlah korban di sebagian besar negara yang terkena dampak sisa-sisa bom rumpun itu telah menurun signifikan selama periode tersebut, dari ratusan korban yang tercatat di beberapa negara, khususnya di Laos yang paling terdampak,” ujar Persi.
Persi mengatakan Laos hanya melaporkan lima korban tahun ini. Ia menyebut hal itu sebagai tonggak sejarah dan tanda keberhasilan besar perjanjian pelarangan bom rumpun dalam mencegah jatuhnya korban secara global. [rd/my]